Dalam kehidupan sehari-hari,
ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah bukanlah perkara yang mudah,
ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk mencapai bentuk
keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga saja
sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap
keluarga perlu merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang
diinginkan oleh Allah dalam mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan
bertolak belakang dengan apa yang diinginkan oleh-Nya.
Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal sama ada yang menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi di samping menjadi tempat menjana nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga akan memberi kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan juga ketenteraman.
Al-Qur’an merupakan landasan dari terbangunnya keluarga sakinah, dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada lima, yaitu :
· memiliki kecenderungan kepada agama
· yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda
· sederhana dalam belanja
· santun dalam bergaul dan
· selalu introspeksi.
Sedangkan
Konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah adalah :
a.
Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat
Agar
terciptanya keluarga yang sakinah, maka dalam menentukan kriteria suami maupun
istri haruslah tepat. Diantara kriteria
tersebut misalnya beragama islam dan shaleh maupun shalehah; berasal dari keturunan
yang baik-baik; berakhlak
mulia, sopan santun dan bertutur kata yang
baik; mempunyai kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga (bagi suami).
Rasul Allâh SAW
bersabda, “Perempuan
dinikahi karena empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau
pilih yang taat beragama, engkau pasti bahagia.”
b.
Dalam keluarga Harus Ada
Mawaddah dan Rahmah
Mawaddah adalah jenis cinta
membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta
yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai.
Rasa
damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga
muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh
hiasan ibadah.
Firman Allah SWT
Surat Ar-Rum : 21 yang artinya :
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
c.
Saling
Mengerti Antara Suami-Istri
Seorang suami atau istri harus tahu latar
belakang pribadi masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar belakang
pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi
masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidak akan memaksakan
egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya
seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula istri. Seorang
suami atau istri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut :
·
Perjalanan hidup masing-masing
·
Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami
istri berbeda suku dan atau daerah)
·
Kebiasaan masing-masing
·
Selera, kesukaan atau hobi
·
Pendidikan
· Karakter/sikap pribadi secara proporsional
(baik dari masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya, seperti orang
tua, teman ataupun saudaranya, dan yang relevan dengan ketentuan yang
dibenarkan syari`at.
d.
Saling Menerima
Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri
itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si
istri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling
pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka aka terlihat
keindahannya.
e.
Saling
Menghargai
Seorang
suami atau istri hendaklah saling menghargai:
·
Perkataan dan
perasaan masingmasing
·
Bakat dan
keinginan masing-masing
· Menghargai
keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju
terkaitnya perasaan suami-istri.
f. Saling
Mempercayai
Dalam
berumahtangga seorang istri harus percaya kepada suaminya, begitu pula dengan
suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar rumah. Jika diantara
keduanya tidak adanya saling percaya, kelangsungan kehidupan rumah tangga
berjalan tidak seperti yang dicita-citakan yaitu keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling mempercayai, maka kemerdekaan
dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allâh.
g.
Suami-Istri
Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing
Suami
mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi
disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam
rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman: “Laki-laki adalah pemimpin
bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan sebagian dari mereka atas
sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta
mereka” (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah
bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi bukan
salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras
keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi
pemimpin bagi keluarganya.
Istri
mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga
kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang
dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan,
bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga
keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat. Ketaatan seorang istri kepada
suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di
dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah
suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang
berjilbab, dan lain-lain.
h.
Suami
Istri Harus Menghindari Pertikaian
Pertikaian
adalah salah satu penyebab retaknya keharmonisan keluarga, bahkan apabila
pertikaian tersebut terus berkesinambungan maka dapat menyebabkan perceraian.
Sehingga baik suami maupun istri harus dapat menghindari masalah-masalah yang
dapat menyebabkan pertikaian karena suami dan istri adalah fakkor paling utama
dalam menentukan kondisi keluarga.
Rasulullah
saw bersabda:
“Laki-laki yang terbaik dari
umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak
berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217)
“Barangsiapa yang bersabar
atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia
berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian
Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)
“Barangsiapa
yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat
penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di
neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail 2:550)
i.
Hubungan Antara Suami Istri
Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan
Seperti pakaian dan yang
memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna ( Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat:187), yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dan
dingin, dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus
menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu
kekurangan, suami tidak menceriterakan kepadaorang lain, begitu juga
sebaliknya. Jika istri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter,
begitu juga sebaliknya. Istri harus selalu tampil membanggakan suami, suami
juga harus tampil membanggakan istri, jangan terbalik di luaran tampil menarik
orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.
j.
Suami Istri Harus Senantiasa
Menjaga Makanan yang Halal
Menurut hadis Nabi, sepotong
daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong
pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila
annar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.
g.
Suami Istri Harus Menjaga
Aqidah yang Benar
Akidah yang
keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya.
Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak
rasional, tetapi juga bias menyesatkan pada bencana yang fatal.
Membina suatu keluarga yang bahagia memang sangat sangat
sulit. Akan tetapi jika masing-masing pasangan mengerti konsep-konsep keluarga
sakinah seperti yang telah diuraikan di atas, Insya Allah cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syari’at
Islam, yang disebutkan dengan “Rumahku adalah surgaku” akan terwujud.
Disamping konsep-konsep diatas masih ada beberapa resep
yang lain bagaimana menjadi keluarga sakinah, diantaranya :
·
Selama menempuh
hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui tidaklah melulu
jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak belukar yang penuh onak
dan duri.
· Ketika biduk
rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan, tetapi sebaliknya justru
semakin erat berpegangan tangan.
· Ketika kita
belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan sepenuh hati.
· Ketika sudah
mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan anak-anak dengan
beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak dengan masing-masing
sepenuh hati.
· Ketika ekonomi
keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar
berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Swt.
· Ketika ekonomi
sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi
ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika hidup susah, suami
selalu setia namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan lebih dari cukup, suami
sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta dengan wanita yang lain)
· Jika anda adalah
suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-kanakan kepada istri dan
segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara bertanggung-jawab ketika istri
membutuhkan pertolongan.
· Jika anda
seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil cantik dan gemulai serta
lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan dengan
sukses.
· Ketika mendidik
anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang
tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua
yang jujur kepada anak.
· Jika anda
wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang menjadi
"obat".
· Jika anda
lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua ke samudra
cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.
0 komentar:
Posting Komentar